TIDUR NYENYAK DALAM KEHIDUPAN MBAH RESO
SRAGEN – “Sak niki kula sampun saget tilem anget mas…”. Kalimat itu meluncur secara spontan dari lisan Mbah Reso Pawiro (89 tahun), saat bertemu Tim MATRA, di rumahnya, Dukuh Ngampunan RT. 18, Desa Kebonromo, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Sabtu (11/1).
Sebuah ungkapan singkat yang menggambarkan kondisi psikologi seorang Reso Pawiro yang sekian tahun menempati rumah tidak layak huni. Namun setelah rumahnya direhab atas bantuan Mitra Kesejahteraan Rakyat (MATRA) Sragen yang didukung banyak pihak, kini ia bersama isterinya bisa merasakan tidur nyenyak.
“Biasane kula yen tilem kadhemen, jogane lemah, anyep, gedheke pring wis do bolong, awak dadi ora waras (biasanya saya kalau tidur kedinginan, lantainya tanah, lembab, dindingnya bambu sudah banyak yang berlubang, sehingga badan menjadi tidak sehat)”, kata Mbah Reso menerangkan tentang kondisi rumahnya sebelum direhab.
Di usianya yang sudah senja, Mbah Reso masih memiliki semangat tinggi untuk bertahan hidup. Ia memelihara kambing, dibeli dari uang bantuan BLSM tahun lalu dan kini telah berkembang menjadi tiga ekor, yang diharapkan bisa menopang hidupnya.
Mbah Reso hanyalah salah satu dari sekitar 60 ribu Keluarga yang masih menempati rumah tidak layak huni (RTLH) di Kabupaten Sragen. Kondisi kemiskinanlah yang memaksa mereka harus melewati hari-harinya di tempat yang memprihatinkan.
Puluhan ribu keluarga miskin di Sragen itu butuh perhatian, perlu bantuan dan uluran tangan dari semua pihak, agar mereka bisa merasakan tinggal di rumah yang lebih layak. Kalau hanya mengandalkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Sragen yang tiap tahun hanya bisa memperbaiki sekitar seribu rumah, tentu amat kasihan dengan kondisi warga miskin itu. Sudah susah hidupnya, kenapa harus tinggal di rumah yang tidak layak?
Itulah yang mendorong lahirnya MATRA Sragen. MATRA merupakan wadah yang menampung dan menyalurkan sumbangan sukarela dari para pejabat struktural setara eselon II, III dan Kepala SMA/SMK, SMP Negeri serta pihak lainnya di Kabupaten Sragen, sebagai bentuk kepedulian untuk ikut mendukung program Pemerintah Kabupaten Sragen dalam pengentasan kemiskinan.
MATRA, berorientasi pada kegiatan sosial dan bersifat independen. Pada tahab awal diprioritaskan untuk kegiatan rehab RTLH, namun tidak menutup kemungkinan kegiatan MATRA nantinya akan meluas pada kegiatan sosial lainnya. MATRA Sragen yang terbentuk November 2013, selama dua bulan berhasil menghimpun dana sebesar Rp. 73 juta. Sumbangan tersebut ini, akhir Desember lalu langsung disalurkan untuk dana stimulant rehab (perbaikan) bagi 18 RTLH di Sragen.
Hasil pantauan tim MATRA, berbagai pihak sangat mendukung keberadaan MATRA karena merupakan langkah konkrit untuk membantu warga miskin. Seperti diungkapkan Sukar, Ketua RT. 18 Ngampunan, Kebonromo Ngrampal, pihaknya sangat bersyukur atas bantuan MATRA ini. “Saya sebagai ketua RT ikut senang dan bersyukur, karena dengan bantuan MATRA kami bisa menggerakkan swadaya masyarakat untuk memperbaiki rumah warga miskin”, kata Sukar yang pensiunan PNS di Bagian Umum Setda ini.
Hal senada juga diungkapkan Kushadi, Ketua RT. 15 Desa Guworejo Karangmalang. Menurutnya, sumbangan dari MATRA merupakan wujud nyata untuk membantu keluarga miskin di wilayahnya. (Suparto-MATRA).